BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di kalangan para
ahli masih terdapat perbedaaan pendapat mengenai pemakaian istilah tujuan. Misalnya
mengatakan bahwa istilah tujuan sendiri banyak dicampurbaurkan penggunaaannya
dengan istilah maksud. Kadang-kadang tampak berbeda, dan kadang-kadang tampak
serupa. Namun demikian, pada akhirnya ia menganggap bahwa kedua istilah itu
mempunyai arti yang sama.[1]
Pengertian Tujuan
pendidikan Islam atau tujuan-tujuan
pendidikan lainnya, mengandung di dalamnya suatu nilai-nilai tertentu sesuai
pandangan dasar masing-masing yang harus direalisasikan melaui proses yang
terarah dan konsisten dengan menggunakan berbagai sarana fisik dan non fisik yang
sama sebangun dengan nilai-nilainya. Ahmad Tafsir, misalnya mencoba menjelaskan
tujuan pendidikan Islam dengan merujuk berbagai pendapat para pakar-pakar
pendidikan Islam.
Dilihat dari
Ilmu Pendidikan Teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat,
misalnya tujuan intermedia (sementara atau antara), yang dijadikan batas
sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat
tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.
Tujuan
incidental merupakan peristiwa tertentu yang tidak direncanakan, akan tetapi
dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada tingkat tertentu. Misalnya,
peristiwa meletusnya gunung berapi, dapat dijadikan sasaran pendidikan yang
mengandung tujuan tertentu, yaitu anak didik timbul kemampuannya untuk memahami
arti kekuasaan Tuhan yang harus diyakini kebenarannya. Tahap kemampuan ini
menjadi bagian dari tujuan antara untuk mencapai tujuan akhir pendidikan.
Berbagai tingkat
tujuan pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk
memudahkan proses pendidikan melalui tahapan yang makin meningkat (progresif)
keaarah tujuan umum atau tujuan akhir.
Dalam sistem
operasionalisasi kelembagaan pendidikan, berbagai tujuan tersebut ditetapkan
secara berjenjang dalam struktur program instruksional, sehingga tergambarlah
klasifikasi gradual yang semakin meningkat, bila dilihat dari pendekatan sistem
Instruksional tertentu sebagai berikut.
- Tujuan Intruksional Khusus, diarahkan pada setiap bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
- Tujuan Intruksional Umum, diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang secara umum atau garis beasrnya sebagai suatu kebulatan.
- Tujuan Kurikuler, yang diteatapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program pengajaran di tiap institusi (lembaga) pendidikan.
- Tujuan Institusional, adalah tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu secara bulat atau terminal seperti tujuan institusional SMTP/SMTA atau STM/SPG (tujuan terminal).
- Tujuan Umum, Tujuan Nasional, adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan denagan berbagai cara atau sistem, baik sistem formal (sekolah), sistem non formal (non klasikal dan non kurikuler), maupun sistem informal (yang tidak terikat oleh formalitas program, waktu, ruang dan materi).
BAB II PEMBHASAN
Tujuan Pendidikan Agama
di lembaga-lembaga penddidikan formal diIndonesia ini dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu :
1.
Tujuan Umum Pendidikan Islam
Tujuan Umum
Pendidikan Islam ialah membimbing anak agar mereka menjadi orang Muslim sejati,
beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi
masyarakat, Agama dan Negara.
Tujuan
Pendidikan islam tersebut adalah merupkan tujuan yang hendak dicapai oleh
setiap orang yang melaksanakan pendidikan Agama.[2]
Karena dalam mendidik Agama yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah
keimanan yang teguh, sebab denagan adanya keimanan yang teguh itu maka akan
menghasilkan ketaaatan menjalankan kewajiban Agama.
2.
Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Tujuan khusus pendidikan
islam pada setiap tahap atau tingkat yang dilalui, seperti misalnya tujuan
pendidikan islam untuk SD berbeda dengan tujuan pendidikan Islam untuk Sekolah
Menengah, dan berada pula untuk Peguruan Tinggi.
Adapun tujuan
pendidikan Islam untuk masing-masing tingkat sekolah tersebut adalah sebagai
berikut :[3]
a. Untuk Tingkat
Sekolah Dasar
- Penanaman rasa agama kepada murid
- Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya.
- Memperkenalkan ajaran islam yang bersifat global, seperti rukun Iman, rukun Islam dan lain-lain
- Membiasakan anak-anak berakhlaq mulia, dan melatih anak-anak untuk mempraktekkan ibadah yang bersifat praktis-praktis, seperti shalat, puasa dan lain-lain.
- Membiasakan contoh tauladan yang baik.
b. Untuk Tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
- Memberikan ilmu pengetahuan agama islam
- Memberikan pengertian tentang agama islam yang sesuai dengan tingkat kecerdasannya.
- Memupuk jiwa agama
- Membimbing anak agar mereka beramal shaleh dan berakhlaq mulia
c. Untuk Tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
- Menyempurnakan pendidikan agama yang sudah diberikan di tingkat SLTP
- Memberikan pendidikan dan pengetahuan agama islam serta berusaha agar mereka mengamalkan ajaran islam yang telah diterimanya.
d. Untuk Tingkat
Universitas
- Terbentuknya Sarjana Muslim yang taqwa kepada allah
- Tertanamnya aqidah Islmiyah pada setaip mahasiswa
- Terwujudnya mahasiswa yang taat beribadah dan berakhlaq mulia.
Adapun tujuan
akhir pendidikan Islam hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam
itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba
Allah lahir dan batin, di dunia dan akhirat.[4]
Mengingat tujuan
pendidikan yang begitu luas, tujuan tersebut dibedakan dalam beberapa bidang
menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis sebagai berikut:
- Tujuan Individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
- Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
- Tujuan professional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
Dalam proses
kependidikan, ketiga tujuan di atas dicapai secara integral, tidak tepisah dari
satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia paripurna seperti
dikehendaki oleh ajaran agama Islam. Oleh karena itu tujuan pendidikan pada
hakikatnya merupakan cita-cita mewujudkan nilai-nilai, maka filsafat
kependidikanlah yang memberi dasar dan corak serta arah tujuan kependidikan itu
sendiri.
Tujuan
pendidikan Islam dengan demikian merupakan penggambaran nilai-nilai Islami yang
hendak diwujudkan dlam pribadi manusia-didik pada akhir dari proses tersebut.
Dengan istilah lain tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai
Islami dlam pribadi manusia-didik yang diiktiarkan oleh pendidik muslim melalui
proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang
beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya
menjadi hamba Allah yang taat.
Hasil rumusan
tentang Tujuan Pendidikan Islam menurut kongres Pendidikan Islam se Dunia di
Islamad tahun 1980, menunjukkan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita
(idealitas) Islami yang mencakup pengembangan kepribadian muslim bersifat
menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis
(jasmaniah) manusia mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan
secara berkesinambungan sehingga terbentuklah manusia muslim yang pari
purna yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah
SWT.[5]
Dengan demikian
tujuan pendidikan Islam berjangkauan sama luasnya dengan kebutuhan hidup
manusia modern masa kini dan masa yang akan datang, dimana manusia tidak hanya
memerlukan iman atau agama melainkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai alat untuk mmemperoleh kesejahteraan hidup di dunia sebagai sarana
untuk mencapai kehidupan spiritual yang bahagia di akhirat terhindar dari siksaan
neraka.
Sejalan dengan
tujuan pendidikan yang bersifat paripurna itu, Prof. Dr. Mohd Fadhil
Al-Djamali, berpendapat bahwa sasaran pendidikan Islam sesuai dengan ajaran Al
Quran ialah membina kesadaran atas diri manusia sendiri dan atas system sosial
yang Islami, sikap dan rasa tanggung jawab sosialnya, juga terhadap alam
sekitar ciptaan Allah serta kesadarannya untuk mengembangkan dan mengelola
ciptaannya bagi kepentingan kesejahteraan umum manusia yang paling utama dari
semuanya itu ialah membina makrifat kepada Allah Pencipta alam dan beribadah
kepada-Nya dengan cara mentaati perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala
larangan-Nya.
Sistem
pendidikan Islam secara umum mempunyai ciri khas , yakni warna religius dan
kerangka etik yang nampak jelas dalam tujuan dan sasarannya, tanpa mengesampikan
masalah-masalah duniawi.[6]
Pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan secara umum sesuai dengan orientasi
religius-etis. Dengan tidak melupakan urusan dunia, al-Ghazali mempersiapkan
segala perangkat yang dibutuhkan dalam pendidikan. Namun ia menganggap
pelayanan urusan dunia dan kebahagiaannya hanya faktor suplementer untuk
mencapai kebahagiaan akhirat yang lebih utama dan abadi. Dunia adalah ladang
menuju akhirat. Ia merupakan sarana menuju kepada Allah bagi yang menjadikannya
sebagai sarana dan tempat pengembaraan, bukan tempat menetap dan bertempat
tinggal.
Pikiran Al-Ghazali
dibentuk oleh warna religius sebagai ciri khas pendidikan Islam ia lebih banyak
cenderung pada bidang ruhani. Kecenderungan ini memang sesuai dengan filsafat
sufistiknya. Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah kesempurnaan manusia
di dunia dan akhirat yang bisa dicapai melalui upaya mencari keutamaan dengan
ilmu pengetahuan. Jadi keutamaan bisa membahagiakan di dunia di samping membuat
juga dekat kepada Allah, suatu kebhagiaan di akhirat.
Namun, meski ia
sangat religius dan sufi, yang mempengaruhi pandangan dan nilai-nilai lainnya,
serta menjadikan tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
kebahagiaan akhirat, al-Ghazali tidak lupa, bahwa menuntut ilmu demi ilmu itu
sendiri adlah perlu. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan mempunyai
keistimewaan dan kebaikan. Dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan merupakan
keutamaan dalam dirinya sendiri juga keutamaan secara mutlak.
Karena itu ia
menganggap mencari ilmu sebagai tujuan pendidikan. Sebab ilmu mempunyai nilai
tinggi dan orang akan menemukan kelezatan dan kenikmatan. Karena itu, ilmu
perlu dituntut demi ilmu itu sendiri.[7]
Disamping itu, engkau menemukan ilu sebagai jalan menuju akhirat dan
kebahagiaan disana. Ilmu juga merupakan sarana satu-satunya untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Dalam hal manusia, tingkatan yang paling utama adalah
kebahagiaan abadi dan sesuatu yang paling mulia adalah sarana untuk
mencapainya, dan kebahagiaan abadi tidak bisa dicapai kecuali dengan ilmu dan
amal. Orang tak bisa beramal dengan baik tanpa mengetahui tata caranya. Maka
pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu
merupkan amal perbuatan yang paling mulia.
BAB III
PENUTUP
Tujuan
pendidikan Islam jika diarahkan kepada upaya memajukan manusia dengan ilmu dan
teknologi modern, tidaklah sama denan tujuan-tujuan pendidikan kaum pragmatis
dan teknologis di atas, melainkan lebih mengutamakan pada upaya meningkatkan
iman dan takwa kepada Allah sebagai pengendalinya.
Untuk merumuskan
tujuan umum atau tujuan akhir pendidikan Islam itu kita perlu mengintegrasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam firman-firman Allah dan sabda-sabda Nabi SAW
yang menjadi idealitas ajaran Islam yang diwujudkan sebagi pola kepribadian
muslim yang hakiki sesuai tuntunan cita Islami tersebut.
Tujuan
pendidikan Islam yang ideal dan operasional dengan ruang lingkup yang
memberikan nilai kehidupan manusia paripurna duniawiah dan ukhrawiah, yang
melaksanakan tugas hidup individual dan sosial berdasarkan perintah Allah, Maha
Penciptanya.
Rumusan Tujuan
Akhir Pendidikan Islam ialah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada
Khalik-nya dengan sikap dan kepribadian bulat yang menunjuk kepada penyerahan
diri kepada-Nya dalam segala aspek hidupnya, duniawiah dan ukhrawiah.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persadsa, Jakarta, 2005.
Depag
RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Jakarta, 1995.
Omar
Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
1979.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam, Garya Media Pratama, Jakarta,
2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar